Apa sih arti dari sebuah persahabatan?? Ada yang bilang sahabat itu adalah teman yang benar-benar dekat sampai tahu hal-hal kecil tentang kita. Ada juga yang bilang sahabat itu kalau kemana-mana selalu bareng. Tetapi salah satu sahabat saya bilang, sahabat itu adalah teman dalam suka dan duka, tapi tahu batas dimana suatu saat ketika teman dapat masalah, kita harus membiarkan dia mengatasi masalahnya sendiri agar teman tersebut tumbuh lebih matang dan mandiri.
Terkadang saya dengan enteng menyebut, dia itu sahabat saya. Tapi ketika ditanya ini itu tentang sahabat saya yang berhubungan dengan keluarga, pendidikan dan lain-lain, saya bingung jawabnya. Dari situ saya berikir, apa saya ini sahabat yang baik? Apa saya pantas disebut sahabat? Karena saya menganggap sahabat adalah orang yang bisa melihat kita dari hati ke hati, bukan karena tampang, materi, latar belakang, pendidikan dan lain-lain. Karena itu saya memang jarang menanyakan hal-hal yang berbau privacy ke sahabat-sahabat saya. Saya lebih sebagai pemberi masukan dan penerima keluh kesah sahabat-sahabat saya. Bukannya saya orang yang nggak peduli dan nggak mau tau, tapi menurut saya persahabatan bukan dinilai dari sedalam apa kita tau tetek bengek orang tersebut, melainkan sedalam apa kita memahami orang tersebut. Saya sudah ngerasain pahitnya persahabatan ketika saya bilang dia sahabat saya, ternyata dia hanya memanfaatkan apa yang saya punya dan lain-lain. Ketika saya sedang jatuh, dia malah meninggalkan karena merasa ga ada yang bisa diberikan oleh saya.
Tapi yang terpenting dari seorang sahabat adalah ketika kita mampu menempatkan diri disaat dalam keadaan suka maupun duka. Terkadang kita menghadapi sahabat-sahabat yang dalam keadaan suka, begitu juga sebaliknya. Nah, bagaimana kalau dua orang sahabat kita mengalami keadaan suka dan duka yang bersamaan? Disinilah fungsi sahabat, mampu menempatkan dirinya dengan sebaik mungkin.
Hal inilah yang baru saya alami beberapa hari ini, tepat tanggal 27 April, dua orang sahabat saya mengalami keadaan suka dan duka bertepatan. Salah seorang harus ditinggal ayahnya meninggal dunia karena sakit, sementara seorang lagi melepas masa lajangnya alias menikah. Sebagai seorang sahabat, saya harus mampu membagi waktu, tenaga, mungkin juga pikiran bagaimana kedua sahabat ini dapat dikunjungi tanpa mengurangi makna keduanya. Alhamdulillah, keduanya dapat terkunjungi dan saling mendoakan atas peristiwa yang dialami.
Sahabat... Kita dianggap sahabat bukan karena adanya pengakuan lisan dari orang lain bahwa kita adalah sahabatnya, akan tetapi adanya kehadiran kita ketika suka dan duka menghampiri.
Wallahu a'lam bishowaf
Tapi yang terpenting dari seorang sahabat adalah ketika kita mampu menempatkan diri disaat dalam keadaan suka maupun duka. Terkadang kita menghadapi sahabat-sahabat yang dalam keadaan suka, begitu juga sebaliknya. Nah, bagaimana kalau dua orang sahabat kita mengalami keadaan suka dan duka yang bersamaan? Disinilah fungsi sahabat, mampu menempatkan dirinya dengan sebaik mungkin.
Hal inilah yang baru saya alami beberapa hari ini, tepat tanggal 27 April, dua orang sahabat saya mengalami keadaan suka dan duka bertepatan. Salah seorang harus ditinggal ayahnya meninggal dunia karena sakit, sementara seorang lagi melepas masa lajangnya alias menikah. Sebagai seorang sahabat, saya harus mampu membagi waktu, tenaga, mungkin juga pikiran bagaimana kedua sahabat ini dapat dikunjungi tanpa mengurangi makna keduanya. Alhamdulillah, keduanya dapat terkunjungi dan saling mendoakan atas peristiwa yang dialami.
Sahabat... Kita dianggap sahabat bukan karena adanya pengakuan lisan dari orang lain bahwa kita adalah sahabatnya, akan tetapi adanya kehadiran kita ketika suka dan duka menghampiri.
Wallahu a'lam bishowaf
0 komentar :
Posting Komentar