Sang anak heran. Tapi bibir ayahnya justru tersenyum bijak. Dengan suaranya yang lembut, ia berkata kepada anaknya agar memakukan sebuah paku di pagar belakang rumah setiap kali marah. Ajaib !!!
Di hari pertama, sang anak menancapkan 48 paku ! Sungguh jumlah yang menakjubkan. Begitu juga di hari kedua, ketiga dan beberapa hari selanjutnya. Tapi hal itu tak berlangsung lama.
Setelah itu jumlah paku yang tertancap berkurang secara bertahap. Ia
menemukan fakta bahwa lebih mudah menahan marahnya daripada menancapkan
banyak paku di pagar rumahnya.Akhirnya kesadaran itu membuahkan
hasil. Si anak berhasil mengendalikan marahnya dan tidak cepat
kehilangan kesabaran. Ia bergegas memberitahukan hal itu kepada ayahnya.
Sang Ayah tersenyum. Kemudian meminta si anak agar mencabut satu paku
untuk setiap hari dimana ia tidak marah.
Hari – hari berlalu dan anak laki – laki itu akhirnya berhasil
mencabut semua paku yang pernah ia tancapkan. Ia bergegas melaporkan
kabar gembira itu kepada ayahnya. Sang ayah bangkit dari duduknya dan
menuntun si anak melihat pagar di belakang rumah.
“Hmm,
kamu telah berhasil dengan baik anakku. Tapi lihatlah lubang – lubang
di pagar ini. Pagar ini tak akan bisa kembali seperti semula, tidak akan
bisa sama seperti sebelumnya,” kata sang ayah bijak.
Sang
Ayah sengaja memotong kalimatnya pendek – pendek agar si anak bisa
mencerna maksudnya dengan baik. Si anak menatap ayahnya dengan sikap
menunggu apa kelanjutan ujaran ayahnya itu.
Ketika kamu melontarkan sesuatu dalam kemarahan, kata – katamu itu
meninggalkan bekas seperti lubang ini di hati orang lain. Kamu bisa saja
menusukan pisau, dan mencabutnya kembali. Tetapi, tidak peduli berapa
kali kamu akan minta maaf, luka itu akan tetap ada. Dan luka karena kata
– kata sama buruknya dengan luka fisik, “ ucap sang ayah lembut namun
sarat makna.
“Sang
anak membalas tatapan lembut ayahnya dengan mata berkaca – kaca.
Pelajaran yang diberikan ayahnya begitu tajam menghujam relung hatinya.
***
Sahabat,
saling mema’afkan mungkin bisa mengobati banyak hal. Tapi, akan sirna
maknanya saat kita mengulangi kesalahan serupa. Padahal, lubang bekas
cabutan paku yang sebelumnya masih menganga. Jadi, berhati – hatilah
sahabat. Semoga Allah melembutkan hati kita dan menghiasinya dengan
sifat sabar tanpa tepi. Amiin.
0 komentar :
Posting Komentar