Selasa, 23 April 2013

MAKNA TERSIRAT

Untuk sebuah harapan pada sedhaif insan, sediakanlah sedikitnya tiga kecewa terlatih untuk persiapan. Tapi bagi tiap-tiap permohonan pada yang MAHA, maka pastikanlah engkau menanti tanda-tanda kekuasaan-Nya. Kerasnya batu mungkin tanda kekokohannya. Tapi karena kerasnya juga, dengan satu bantingan sang batu terpecah. Memang tetap tidak bisa disangkal bahwa lemahnya daun kering membuat sang daun tak berpendirian. Arahnya tergantung semilir angin atau hempasan badai. Lalu mengapa tidak elastis saja? Yang mengerti kapan harus bertegak, berubah dan kembali ke bentuk semula. Tidak hancur hempas, tidak patah tertindih.

Kemarin telah berlalu, esok belum tiba dan bisa jadi tidak akan pernah tiba. Lakukan yang terbaik hari ini, saat ini…!!!

Di sudut gelap kamarnya mungkin ada anak manusia menangis tak ada habisnya. Mungkin “CUMA” karena harapannya, kecewanya, marahnya atau keputus asaannya. Tapi juga ada manusia yang tak kalah muda usia masih sanggup bertegak di samping mayat Ayah Ibunya, di depan jasad saudara perempuannya yang ternoda, di atas tanah air dan harta bendanya yang terampas, di…

Tidak ada tangis apalagi buruknya prasangka pada pencipta. Dia memilih memegang erat batu gaza untuk mengisi detik yang masih dimilikinya. Kita siapa…??? Tergantung bagaimana kita menyikapi segalanya. Tidak semua dan tidak banyak yang bisa sebaik dirimu. Tidak ada harapan dan permohonan yang lain pada Allah untukmu selain doaku : “Semoga setelah awal yang baik yang berhasil engkau bangun, bisa engkau jalani dan akhiri dengan yang lebih baik…”

Azzam

0 komentar :

Posting Komentar