Untuk sebuah harapan pada
sedhaif insan, sediakanlah sedikitnya tiga kecewa terlatih untuk
persiapan. Tapi bagi tiap-tiap permohonan pada yang MAHA, maka
pastikanlah engkau menanti tanda-tanda kekuasaan-Nya. Kerasnya batu
mungkin tanda kekokohannya. Tapi karena kerasnya juga, dengan satu
bantingan sang batu terpecah. Memang tetap tidak bisa disangkal bahwa
lemahnya daun kering membuat sang daun tak berpendirian. Arahnya
tergantung semilir angin atau hempasan badai. Lalu mengapa tidak elastis
saja? Yang mengerti kapan harus bertegak, berubah dan kembali ke bentuk
semula. Tidak hancur hempas, tidak patah tertindih.
Kemarin telah berlalu, esok belum tiba dan bisa jadi tidak akan pernah tiba. Lakukan yang terbaik hari ini, saat ini…!!!
Di
sudut gelap kamarnya mungkin ada anak manusia menangis tak ada
habisnya. Mungkin “CUMA” karena harapannya, kecewanya, marahnya atau
keputus asaannya. Tapi juga ada manusia yang tak kalah muda usia masih
sanggup bertegak di samping mayat Ayah Ibunya, di depan jasad saudara
perempuannya yang ternoda, di atas tanah air dan harta bendanya yang
terampas, di…
Tidak
ada tangis apalagi buruknya prasangka pada pencipta. Dia memilih
memegang erat batu gaza untuk mengisi detik yang masih dimilikinya. Kita
siapa…??? Tergantung bagaimana kita menyikapi segalanya. Tidak semua
dan tidak banyak yang bisa sebaik dirimu. Tidak ada harapan dan
permohonan yang lain pada Allah untukmu selain doaku : “Semoga setelah awal yang baik yang berhasil engkau bangun, bisa engkau jalani dan akhiri dengan yang lebih baik…”
Azzam
Azzam
0 komentar :
Posting Komentar