Namun, Ahmad menolak tugas tersebut dengan alas an khawatir kalau pekerjaanya tidak berhasil. Mungkin pagarnya tidak kuat, hasilnya yang kurang menarik, ataupun alasan lainnya. Alhasil, pagar yang diidam-idamkan orang tuanya tidak pernah terpenuhi.”
Kasus di atas merupakan salah satu contoh kasus dari berbagai kasus dalam kehidupan kita sehari-hari. Dan setiap kita pasti pernah bahkan sering menghadapi hal yang serupa. Dalam memulai pekerjaan ataupun menerima amanah dari orang lain, kita terkadang terlebih dahulu berfikir, “Apa mungkin bisa?, Bagus atau tidak ya hasilnya?” dan lain sebagainya yang akhirnya dari pemikiran seperti ini mengakibatkan pekerjaan atau amanah tersebut tidak jadi dilaksanakan.
Bentuk pemikiran seperti ini dalam bahasa penulis adalah kekalahan dalam berfikir. Kita sering terbentur dengan kalimat-kalimat, “Ah, Saya tidak bisa!, Itu pasti susah!” dan lain sebagainya. Padahal pekerjaan itu belum tentu susah seperti yang kita bayangkan. Analogi sayur asam, bahwa kita akan tahu bahwa rasa sayur tersebut asam ketika kita sudah mencicipinya atau mencobanya sendiri dan bukan kata orang maka baru kita menyatakan bahwa sayur itu asam. Nah, begitu juga dalam sebuah pekerjaan atau amanah yang kita terima bahwa tingkat kemudahan dan kesulitan baru akan kita rasakan apabila kita sudah melalui proses pekerjaan tersebut.
Allah SWT menyatakan hal ini di dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 286 bahwa Allah tidak membebani seseorang melainkan dengan kesanggupannya.
Oleh karena itu, apakah sekarang akan terus ragu dengan kemampuan yang kita miliki??? Apakah kita akan selalu menyatakan tidak bisa??? Apakah kita akan selalu kalah dalam berfikir??? Mulailah dari hal yang kecil.
Wallahu A’lam bi Showaf.
0 komentar :
Posting Komentar