Rabu, 24 April 2013

DUA EKOR "SINGA"

Suatu sore di tengah telaga terlihat dua orang yang sedang memancing. Tampaknya mereka ayah dan anak yang sedang menghabiskan waktu bersama. Diatas perahu kecil, keduanya sibuk mengatur joran dan umpan. Air telaga bergoyang perlahan membentuk riak. Gelombangnya mengalun menuju tepian, menyentuh sayap sayap angsa yang sedang berenang beriringan. Suasananyapun begitu tenang hingga terdengar sebuah percakapan.
“Ayah”
“Hmm…ya.” Sang ayah menjawab perlahan. Matanya tetap tertuju pada ujung kailnya yang terjulur.
“Beberapa malam ini,” ucap sang anak, “ aku bermimpi aneh.
Dalam mimpiku ada dua ekor singa yang tampak sedang berkelahi dalam hatiku. Gigi mereka terlihat runcing dan tajam. Keduanya sibuk mencakar dan mengeram seperti saling ingin menerkam. Mereka tampak ingin saling menjatuhkan.”
Anak muda ini terdiam sesaat, lalu melanjutkan ceritanya. “ Singa yang pertama terlihat baik dan tenang. Geraknya perlahan namun pasti. Tubuhnya pun kokoh, bulu-bulunya teratur rapih. Walaupun suaranya terdengar keras, tapi menenangkan buatku.”
Ayah menoleh lalu meletakan pancingnya di pinggir haluan.
“Tapi, Ayah, singa yang satu lagi menakutkan. Geraknya tak beraturan, sibuk menerjang kesana kemari. Punggungnya kotor. Bulu-bulunya ada yang koyak. Suaranya lantang namun parau dan menyakitkan.”
“Aku bingung, apa maksud dari mimpi itu. Apakah singa – singa itu gambaran dari sifat – sifat baik dan buruk yang aku miliki ? Dan singa mana yang akan memenangkan pertarungan itu karena nampaknya mereka sama – sama kuat ?”
Melihat anaknya yang baru beranjak dewasa itu bingung, sang ayah mulai angkat bicara. Dipegangnya punggung pemuda gagah di depannya. Sambil tersenyum, si ayah berkata, “Pemenangnya adalah yang paling sering kau beri makan.”
Ayahnya tersenyum dan kembali mengambil pancingnya. Lalu dengan satu hentakan kuat di lontarkannya ujung kail itu ke tengah telaga. Tercipta kembali pusaran – pusaran air yang tampak membesar. Gelombang riak itu kembali menerpa sayap – sayap angsa putih di tepian telaga.
Sahabat, begitulah adanya. Setiap diri kita punya dua ekor ‘singa’ yang selalu bersaing. Keduanya selalu berusaha untuk saling menjatuhkan. Mereka berusaha untuk menjadi pemimpin bagi yang lain. Pertarungan diantara mereka tak pernah tuntas karena selalu saja terjadi pergiliran kemenangan. Kalah menang dalam persaingan itu layaknya mata koin yang selalu berganti – ganti. Dan kita sering di buat bingung, sebab kedua kekuatan baik – buruknya ini terlihat sama kuatnya.
Tapi siapakah pemenangnya saat ini dalam dirimu ? Singa yang kokoh dengan bulu – bulu teratur ataukah singa yang berbulu koyak dan menakutkan ? Lalu singa macam apa yang menguasaimu ? “Singa” yang optimistis, pantang menyerah, tekun, sabar, rendah hati, cinta damai dan toleran ataukah “singa” yang bringas, mudah emosi, sombong dan arogan ?
Saya percaya, kita sendirilah yang menentukan kemenangan bagi kedua singa itu. Jika kita sering memberi ‘makan’ pada singa yang yang tenang tadi maka imbalan kebaikanlah yang akan kita dapatkan. Jika kita terbiasa untuk memupuk optimisme dan pantang menyerah, maka ‘singa’ yang tenang akan memberikan keberhasilan. Namun sebaliknya, jika setiap saat kita memendam marah, mudah curiga dan berprasangka, sombong dan sering tak sabar, maka jelaslah ‘singa’ macam apa yang akan jadi pemenangnya.
Sahabat, biarkan “singa – singa” penuh semangat hadir dalam jiwamu. Rawatlah dengan keluhuran budi dan kebersihan nurani. Sisirlah bulu – bulu kedamaiannya, cermati terus rahang persahabatannya. Perkuat punggungnya dengan optimisme dan pertajam selalu kuku – kuku kesabarannya. Biarkan ia menjadi pemenang. Singa yang kokoh, dengan bulu – bulu yang teratrur rapih, kuku yang tajam, suara yang lantang namun tetap tenang dan tegas.
Namun jangan biarkan ‘singa – singa’ pemarah menguasai pikiranmu. Jangan pernah berikan kesempatan bagi kesombongan untuk menjadi besar dan menghalangi keberhasilanmu. Jangan biarkan tinggi hati, kedengkian, emosi dan dendam memimpin hatimu.

0 komentar :

Posting Komentar