Hari ini mendapat buku yang cukup menginspirasi, terkadang usil menyentil, dan syarat nasehat. Isinya tidak terlalu tebal namun cukup mengusik pikiran saya yang selama ini terlena akan visi hidup.
Buku yang berisikan catatan seorang CEO perusahaan konveksi mengenai cerita perjalanannya bersama perusahaan yang begitu mempercayakannnya untuk ditangani anak yang baru berusia 25 tahun.
Itu sentilan pertama, anak yang berusia 25 tahun sudah jadi CEO perusahaan konveksi yang kini branding sangat terkenal di negeri ini. Padahal beliau dengan saya itu ada persamaan, sama-sama mengakhiri kuliah lebih cepat dari waktu seharusnya.
Mengapa itu didapatnya? Tidak mudah ternyata. Begitu banyak proses yang harus dilalui. Dalam catatannya, si CEO tadi hanya menuliskan impian-impiannya dan membangun trust dengan orang lain walaupun itu adalah orang yang baru pertama kali ditemui.
Ini sentilan kedua, saya yang terkadang langsung menaruh curiga dan penuh awas terhadap orang baru. Padahal kalau kita berbaik sangka saja, orang tersebut akan mudah nyaman jika berada di sekitar kita. Bukankah pada dasarnya setiap orang itu baik? itu katanya.
Ciptakan visi dalam setiap aktifitas. Inilah kalimat yang cukup meresap ke dalam sanubari (halah.. ngomong opo..). Coba kalau kita menghadirkan visi dalam setiap aktifitas maka kita akan menentukan cara untuk mengenggamnya. Ketika mau makan, kenapa harus makan? Jika kita menjawab supaya kenyang, maka kita akan makan sebanyak-banyaknya tanpa memperhatikan lauknya. Jika menjawab agar nikmat, maka kita akan menentukan makanan enak apa yang akan kita makan.
Bah! Iya juga. Ini sentilan ketiga. Kita terkadang terlalu asik dengan diri sendiri tanpa memikirkan hal baru apa yang ingin kita peroleh di lain hari. Kita terlena dengan kenyamanan yang didapat tanpa menghadirkan zona tantangan untuk menggapai hal yang baru.
Soal hasil? Itu adalah proses. Sekali, dua kali atau berkali-kali gagal adalah hal biasa dalam menggapai visi. Hilangkan kekhawatiran kegagalan yang akan menghampiri. Karena apa? Karena saat terjatuh ingatlah bahwa kita pernah berdiri.
*Ditulis dalam keadaan terkena sentil
*Ditulis dalam keadaan terkena sentil
0 komentar :
Posting Komentar