Seringkali setan merasuki hati manusia dan menyebarkan penyakit yang mengancam kesehatannya. Ada beberapa jalan yang mungkin dilaluinya sehingga kita perlu mewaspadai. Hati adalah sebuah benteng. Sementara setan ialah musuh yang selalu ingin memasuki agar bisa menguasai dan mengendalikannya. Tak ada yang mampu menjaga benteng dari serang musuh, kecuali dengan menjaga pintu-pintunya, jalan masuknya, dan celah-celahnya. Jelas, orang yang tak mengetahui pintu-pintunya, ia tak akan bisa menjaganya.
Oleh sebab itu, menjaga hati dari bisikan setan ialah sebuah kewajiban. Sementara itu, mengusir setan hanya bisa dicapai dengan mengetahui jalan-jalan masuknya. Karena itu, mengetahui jalan-jalan masuknya merupakan suatu kewajiban.
Jalan-jalan masuk setan tersebut antara lain, marah dan syahwat, iri dan tamak, kenyang lantaran makan berlebihan, tergesa-gesa dan tidak mengecek kebenaran terhadap persoalan, bakhil dan takut miskin, fanatik yang berlebihan.
Hati ibarat seorang raja yang mengatur bala tentara. Ia memberi perintah dan berbuat sesuka hati. Sementara jasad ibarat tentara yang siap melaksanakan perintah dan menerima perintah hati. Setiap amalnya yang lurus bersumber dari hati dan niat sang raja.
Oleh sebab itu, memperbaiki dan meluruskan hati merupakan tugas pertama yang diemban orang-orang yang menapaki kebenaran. Sementara memeriksa penyakit dan mengobatinya ialah tindakan yang paling urgen yang dilakukan para ahli ibadah.
Jalan-jalan masuk setan tersebut antara lain, marah dan syahwat, iri dan tamak, kenyang lantaran makan berlebihan, tergesa-gesa dan tidak mengecek kebenaran terhadap persoalan, bakhil dan takut miskin, fanatik yang berlebihan.
Hati ibarat seorang raja yang mengatur bala tentara. Ia memberi perintah dan berbuat sesuka hati. Sementara jasad ibarat tentara yang siap melaksanakan perintah dan menerima perintah hati. Setiap amalnya yang lurus bersumber dari hati dan niat sang raja.
Oleh sebab itu, memperbaiki dan meluruskan hati merupakan tugas pertama yang diemban orang-orang yang menapaki kebenaran. Sementara memeriksa penyakit dan mengobatinya ialah tindakan yang paling urgen yang dilakukan para ahli ibadah.
Demikianlah sepenggal tulisan karya Dr. Ahmad Faris yang lahir di Maniyal, Mesir pada Juli 1952. Dalam bukunya yang berjudul asli "Al-Bahr Ar-Ra'iq fi Az-Zuhd wa Ar-Raqa'iq". Dr. Ahmad Faris menuliskan bahwa hati membutuhkan gerak agar kebugarannya terus terjaga. Terkadang, gerakan-gerakan yang dilakukan oleh tubuh juga membutuhkan stamina hati yang prima. Tanpa niat yang benar, keihklasan, dan mengikuti tuntunan Rasul, semua amal akan sia-sia.
Buku ini akan memandu anda untuk melakukan "gerakan-gerakan" yang dapat membugarkan hati anda. Kehidupan yang abadi adalah kehidupan setelah kematian, yang bahagia dan sengsaranya terkait dengan bekal yang disiapkan di dunia. Dr. Ahmad Faris mengajak kita menelusuri setiap ruang hidup setapak demi setapak sehingga kita selamat sampai tujuan.
Walau buku ini terjemahan yang judul Indonesianya Penyucian Jiwa, namun layak untuk kita yang ingin meluruskan hati, menguatkan iman, dan mempelajari hakikat hati sebenarnya.
Wallahu a'lam bishowaf...
Judul asli : "Al-Bahr Ar-Ra'iq fi Az-Zuhd wa Ar-Raqa'iq
Judul cetakan Indonesia : Tazkiyatun Nafs : Penyucian Jiwa
Penulis : Dr. Ahmad Farid
Penerjemah : Muhammad Suhadi, Lc
Penerbit: Ummul Qura (Kelompok Aqwam) Cetakan ke I 2012.
Resensor: Fahmi Azzam
Buku ini akan memandu anda untuk melakukan "gerakan-gerakan" yang dapat membugarkan hati anda. Kehidupan yang abadi adalah kehidupan setelah kematian, yang bahagia dan sengsaranya terkait dengan bekal yang disiapkan di dunia. Dr. Ahmad Faris mengajak kita menelusuri setiap ruang hidup setapak demi setapak sehingga kita selamat sampai tujuan.
Walau buku ini terjemahan yang judul Indonesianya Penyucian Jiwa, namun layak untuk kita yang ingin meluruskan hati, menguatkan iman, dan mempelajari hakikat hati sebenarnya.
Wallahu a'lam bishowaf...
Judul asli : "Al-Bahr Ar-Ra'iq fi Az-Zuhd wa Ar-Raqa'iq
Judul cetakan Indonesia : Tazkiyatun Nafs : Penyucian Jiwa
Penulis : Dr. Ahmad Farid
Penerjemah : Muhammad Suhadi, Lc
Penerbit: Ummul Qura (Kelompok Aqwam) Cetakan ke I 2012.
Resensor: Fahmi Azzam
0 komentar :
Posting Komentar